Friday, 16 July 2010

Menulis Puisi

Menulis puisi tidak jauh berbeda dengan menulis cerpen, yakni memerlukan inspirasi dan proses kreatif yang berbeda-beda dari masing-masing penulis.
Dalam menulis puisi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.

a. Memilih Tema
Tema perlu ditentukan dalam menulis puisi. Puisi yang akan ditulis dapat berupa tema agama, budaya, sosial, kemanusiaan, dan lain-lain.

b. Memilih Diksi
Diksi adalah pilihan kata. Dalam penulisan puisi, pemilihan diksi sangat menentukan kebermaknaan suatu puisi. Pilihan diksi yang tepat dan menyentil akan memberikan warna tersendiri pada hasil tulisan puisi tersebut.

c. Pemilihan Rima
Rima merupakan pengulangan bunyi yang berselang, baik di awal larik sajak atau di akhir sajak yang berdekatan. Dengan pemilihan rima yang tepat, tentunya akan memberikan karakter dan daya tarik tersendiri ketika menikmati puisi tersebut.

d. Pemilihan Gaya Bahasa
Penyair perlu menentukan gaya bahasa yang tepat ketika ingin mengayunkan pena ke dalam kertas-kertasnya. Gaya bahasa tentu sangat berpengaruh terhadap hasil cipta puisi seorang penyair. Dengan gaya bahasa yang tepat, berarti karakter yang kuat dan menarik pun dapat terwujud.
.

Perhatikan contoh puisi berikut ini!

Catatan Akhir Tahun
(Oleh: Tjahjono Widarmanto)

Inilah saatnya,
Kita musti luangkan waktu
Sejenak merenung menyimak mengakrabi tanda-tanda
Rumput, bunga, musim, dan manusia
Mengenang dalam-dalam
Wajah bulan yang nyaris terlupa.
Inilah saatnya
Kita musti luangkan waktu
Sejenak berjalan keliling kebun binatang
Kita pandangi kembali
Berbagai rupa; macan, ular, dan babi
Juga rupa wajah sendiri!
Sudahkah kita berbeda?
Inilah saatnya
Kita menatap kembali matahari
Yang sudah terlanjur hampir ke puncak
Sambil merebai nguratan tangan sendiri
Menghikmati kembali jejak kaki
Inilah saatnya kita sejenak sisihkan waktu
Duduk sendiri di pinggir telaga
Menatapi mesranya titik embun pada daun
Menyimak malam dan kuburan yang mandi rembulan
Bukankah ada yang tinggal

(Sumber: Horison-XXXII/7/1997)


Dosa
(Oleh: Ernawaty Mati)

Berjalan
Gelap dan sepi
Sepi sekali, gelap sekali
Hanya bayang-bayang hitam
Pepohonan pun tak bergerak
Meraba
Merangkak
Mencoba menerobos
Namun jalan tak jua bertemu
Hati merasa, batin mengerti
Kaki masuk perlahan
Dalam lubang besar dan dalam jurang maut !!!
Namun tak kuasa jua
Hati beranjak darinya
Dan malaikat maut pun nyengir
Gigi hitamnya perlahan terbuka
Siap menerkam

(Sumber: Horison-XXXII/7/1997)

No comments: